Rabu, 28 Oktober 2009

Kenapa manusia sANG PENSEJARAH,MeMANIPULASI SEJARAH?

Kenapa manusia yg merupakan MAKHLUk SEJARAH ,menyelewengkan SEJARAH?

Karna MANUSIA itu jug MEMILIKI "KEPENTINGAN" ,untuk mencapai KEPENTINGAN ini MANUSIA RELA "MEMANIPULASI" apapun,terMASUK SEJARAH

contoh:

"Belanda mEMANIPULASI seJARAH,korbannya adalah SELURUH PELAJAR dINDONESIA"

Jumat, 09 Oktober 2009

kalimatefektifbindo

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang dapat mengungkapkan pikiran yang utuh. Pikiran yang utuh itu dapat diwujudkan dalam bentuk lisan dan tulisan. Pada dasarnya jika kebutuhan penggunaan kalimat hanya sebatas untuk penggunaan bahasa sehari-hari tentunya penggunaannya tidak terlalu memerlukan banyak aturan atau penggunaan kaidah bahasa yang benar. Namun pengenalan aturan-aturan akan penggunaan kalimat yang sesuai dengan kaidah bahasa yang sebenarnya juga tidak serta merta bisa di abaikan. Sebab penggunaanya juga akan dibutuhkan nantinya dalam aktifitas kita. Kalimat efektif merupakan salah satu yang harus kita perhatikan aturan atau kaidah bahasanya. Sehingga diperlukan pembahasannya lebih dalam lagi, mulai dari definisi hingga pada syarat-syarat keefektifan suatu kalimat.

1.2 Rumusan Masalah

Penggunaan kalimat yang terkadang tidak sesuai dengan aturan kaidah bahasa Indonesia terkadang terlihat seakan mengesampingkan seberapa pentingnya aturan kaidah Bahasa Indonesia itu sendiri. Ketidakefektifan kalimat merupakan salah satu permasalahan yang rumit dalam pelanggaran aturan dari kaidah Bahasa Indonesia ini.

1.3 Tujuan

Secara umum penulisan makalah ini adalah untuk memperdalam wawasan para pembaca mengenai kalimat efektif yang nantinya dengan mengetahui aturan-aturan dalam kalimat efektif yang sesungguhnya, kita diharap dapat pula menambah kecintaan kita terhadap Bahasa Indonesia, melalui penggunaan kalimat efektif yang baik.

BAB II
ISI
KALIMAT EFEKTIF
2.1 Pengertian Kalimat Efektif
Kalimat efektif ialah kalimat yang memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca seperti apa yang ada dalam pikiran pembicara atau penulis secara singkat, jelas, dan tepat.Kalimat sangat mengutamakan keefektifan informasi itu sehingga kejelasan kalimat itu dapat terjamin.
Jelas : berarti mudah dipahami oleh pendengar atau pembaca.
Singkat : hemat dalam pemakaian atau pemilihan kata-kata.
Tepat : sesuai dengan kaidah bahasa yang berlaku.
Beberapa jenis kesalahan dalam menyusun kalimat yang menyebabkan kalimat menjadi tidak efektif antara lain:
1. Pleonastis
Pleonastis atau pleonasme adalah pemakaian kata yang mubazir (berlebihan), yang sebenarnya tidak perlu. Contoh-contoh kalimat yang mengandung kesalahan pleonastis antara lain:
• Banyak tombol-tombol yang dapat Anda gunakan. seharusnya: Banyak tombol yang dapat Anda gunakan.
2. Kontaminasi
Contoh kalimat yang mengandung kesalahan kontaminasi dapat kita lihat pada kalimat berikut ini:
• Fitur terbarunya Adobe Photoshop ini lebih menarik dan bervariasi. seharusnya: Fitur terbaru Adobe Photoshop ini lebih menarik dan bervariasi.
3. Salah pemilihan kata
Contoh kalimat yang mengandung kesalahan pemilihan kata dapat kita lihat pada kalimat berikut ini:
• Saya mengetahui kalau ia kecewa. seharusnya: Saya mengetahui bahwa ia kecewa.
4. Salah nalar
Contoh kalimat yang mengandung kesalahan nalar dapat kita lihat pada kalimat berikut ini:
• Bola gagal masuk gawang. seharusnya: Bola tidak masuk gawang.
5. Pengaruh bahasa asing atau daerah (interferensi)
Bahasa asing
Contoh kalimat yang mengandung kesalahan karena terpengaruh bahasa asing terlihat pada kalimat berikut:
Saya tinggal di Semarang di mana ibu saya bekerja. Lihat terjemahan kalimat berikut:
I live in Semarang where my mother works.
Dalam bahasa Indonesia sebaiknya kalimat tersebut menjadi:
Saya tinggal di Semarang tempat ibu saya bekerja.
Bahasa daerah
Contoh kalimat yang mengandung kesalahan karena terpengaruh bahasa daerah dapat kita lihat pada kalimat berikut:
Anak-anak sudah pada datang.
Dalam bahasa Indonesia sebaiknya kalimat tersebut menjadi:
Anak-anak sudah datang.
6. Kata depan yang tidak perlu
Sering kali kita membuat kalimat yang mengandung kata depan yang tidak perlu seperti pada kalimat berikut:
Di program ini menyediakan berbagai fitur terbaru. Seharusnya rogram ini menyediakan berbagai fitur terbaru.

2.2 Fungsi Sintakstis
Tiap kata atau frasa dalam kalimat mempunyai fungsi yang mengaitkannya dengan kata atau frasa lain yang ada dalam kalimat tersebut. Fungsi itu bersifat sintaktis, artinya berkaitan dengan urutan kata atau frasa dalam kalimat. Fungsi sintakstis utama dalam bahasa adalah predikat, subjek, objek, pelengkap, dan keterangan. Disamping itu ada fungsi lain yaitu fungsi atributif (penjelas), koordinatif (penggabungan setara), dan subordinatif (penggabungan bertingkat).
1. Predikat (P)
Predikat dalam pandangan aliran struktural dianggap unsur yang paling penting dan merupakan inti kalimat. Predikat dalam bahasa Indonesia bisa berwujud kata atau frasa verbal, adjektival, nominal, numeral, dan preposisional.
Perhatikan beberapa contoh kalimat di bawah ini:
a. Yasmina duduk-duduk di ruang tamu.
b. Anda dan saya tidak harus pergi sekarang.
c. Letusan Gunung Merapi keras sekali.
d. Makanan itu mahal.
e. Ayah saya guru bahasa Indonesia.
f. Anda guru?
g. Anak kami tiga .
h. Peserta audisi itu puluhan ribu orang.
i. Dia dari Medan
j. Pak Nurdin ke Saudi.

Pada sepuluh kalimat di atas, terdapat bagian yang dicetak miring. Ada yang berbentuk kata maupun frasa (lebih dari satu kata). Kata atau frasa yang dicetak miring tersebut berfungsi sebagai predikat.
Kalimat a dan b adalah contoh kalimat dengan predikat berkatagori verbal, disebut kalimat verbal. Kalimat c dan d adalah contoh kalimat dengan predikat berkatagori adjektival, disebut kalimat adjektival. Kalimat e dan f adalah contoh kalimat dengan predikat berkatagori nominal, disebut kalimat nominal. Kalimat g dan h adalah contoh kalimat dengan predikat berkatagori numeral, disebut kalimat numeral. Kalimat i dan j adalah contoh kalimat dengan predikat berkatagori preposisional, disebut kalimat preposisional.
2. Subjek (S)
Disamping predikat, kalimat umumnya mempunyai unsur yang berfungsi sebagai subjek. Dalam pola kalimat bahasa Indonesia, subjek biasanya terletak sebelum predikat, kecuali jenis kalimat inversi. Subjek umumnya berwujud nomina, tetapi pada kalimat-kalimat tertentu, katagori lain bisa juga mengisi kedudukan subjek.
Pada sepuluh contoh kalimat di atas, kata atau frasa Yasmina, Anda dan saya, letusan Gunung Merapi, makanan itu, ayah saya, anak kami, peserta audisi itu, dia, dan Pak Nurdin berfungsi sebagai subjek. Subjek yang tidak berupa nomina, bisa ditemukan pada contoh kalimat seperti ini:
1. Merokok merupakan perbuatan mubazir.
2. Berwudlu atau bertayamum harus dilakukan sebelum sholat.
3. Tiga adalah sebuah angka.
4. Sakit bisa dialami semua orang.

3. Objek (O)
Objek bukan unsur wajib dalam kalimat. Keberadaanya umumnya terletak setelah predikat yang berkatagori verbal transitif. Objek pada kalimat aktif akan berubah menjadi subjek jika kalimatnya dipasifkan. Demikian pula, objek pada kalimat pasif akan menjadi subjek jika kalimatnya dijadikan kalimat aktif. Objek umumnya berkatagori nomina.
Berikut contoh objek dalam kalimat:
a. Dr. Ammar memanggil suster Ane.
b. Adik dibelikan ayah sebuah buku.
c. Kami telah memicarakan hal itu
Suster ane, ayah, sebuah buku, dan hal itu pada tiga kalimat di atas adalah contoh objek. Khusus pada kalimat b. Terdapat dua objek yaitu ayah (objek 1) dan sebuah buku (objek 2).

4. Pelengkap (PEL)
Pelengkap atau komplemen mirip dengan objek. Perbedaan pelengkap dengan objek adalah ketidakmampuannya menjadi subjek jika kalimatnya yang semula aktif dijadikan pasif. Perhatikan kata-kata yang dicetak miring pada kalimat-kalimat di bawah ini. Kata-kata tersebut berfungsi sebagai pelengkap bukan objek.
Contoh:
a. Indonesia berdasarkan Pancasila
b. Ardi ingin selalu berbuat kebaikan
c. Kaki Cecep tersandung batu.

5. Keterangan (K)
Unsur kalimat yang tidak menduduki subjek, predidkat, objek, maupun pelengkap dapat diperkirakan menduduki fungsi keterangan. Berbeda dengan O dan PEL. yang pada kalimat selalu terletak dibelakang P, unsur yang berfungsi sebagai keterangan (K) bisa terletak di depan S atau P.
Contoh:
a. Di perpustakaan kami membaca buku itu.
b. Kami membaca buku itu di perpustakaan.
c. Kami /di perpustakaan/ membaca buku itu.
d. Tono mencabut paku dengan tang.
e. Dengan tang Tono mencabut paku.
f. Tono /dengan tang/ mencabut paku.

Pada enam kalimat di atas, tampak bahwa frasa di perpustakaan dan dengan tang yang berfungsi sebagai keterangan mampu ditempatkan di awal maupun di akhir. Khusus jika ditempatkan antara S dan P, cara membacanya (intonasi) harus diubah sedemikian rupa (terutama jeda) agar pemaknaan kalimat tidak keliru.
Dilihat dari bentuknya, keterangan pada sebuah kalimat bisa dikenali dari adanya penggunaan preposisi dan konjungsi (di, ke, dari, kepada, sehingga, supaya, dan sejenisnya.). Akan tetapi, tidak semua keterangan berciri demikian, ada pula keterangan yang berbentuk kata, seperti pada contoh berikut:
a. Kami telah mengengoknya kemarin.
b. Tiga tahun kami telah bekerja sama dengannya.

Analisis Fungsi dalam Kalimat
Secara struktural, fungsi unsur kalimat bisa dikenali dengan melihat karakteristiknya. Secara tradisional, fungsi unsur kalimat bisa didapat dengan menggunakan metode bertanya. Berbeda dengan pandangan struktural yang menempatkan predikat (P) sebagai unsur Inti dalam kalimat, pandangan kaum tradisional memandang subjek (S) sebagai pokok kalimat. Hal itu bisa dilihat dari cara aliran tatabahasa tradisional menganalisis fungsi kalimat yang selalu dimulai dari unsur S, P, kemudian O. Penetuan keterangan didasarkan pada logika, bukan ciri-ciri struktural (Ciri yang tampak).
Pencarian S dilakukan dengan menggunakan kata tanya apa atau siapa, disesuaikan dengan kalimat yang dianalisis. Jawaban pertanyaan tersebut adalah subjek. Setelah ditemukan S, kemudian dicari P dengan menggunakan pertanyaan bagaimana/ sedang apa + S. Untuk mencari O, digunakan pertanyaan S + P + apa/siapa.
Contoh:
Kami membaca buku di perpustakaan
Mencari Subjek (S)
Siapa yang membaca buku di perpustakaan? Kami.
Mencari Predikat (P)
Sedang apa kami? Membaca.
Mencari Objek (O)
Kami membaca apa? Buku.
Mencari Keterangan
Secara logika unsur di perpustakaan bisa dipahami sebagai keterangan, dalam hal ini keterangan yang menyatakan makna tempat.
Metode bertanya yang telah diterapkan pada contoh kalimat di atas menghasilkan kesimpulan bahwa dilihat dari fungsinya kalimat di atas berpola S P O K.

Kami membaca buku di perpustakaan.
S P O K

2.3 Syarat-syarat kalimat Efektif
Adapun syarat-syarat kalimat efektif adalah sebagai berikut yaitu:

1. KESATUAN (UNITY)
Kesatuan kalimat bisa dibentuk memiliki subyek,predikat, serta unsur-unsur lain ( O/K) yang saling mendukung serta membentuk kesatuan tunggal. Dalam penulisan tampak kalimat-kalimat yang panjang tidak mempunyai S dan p. Ada pula kalimat yang secara gramatikal mempunyai subjek yang diantarkan oleh partikel.hal seperti ini hendaknya dihindarkan oleh pemakai kalimat agar kesatuan gagasan yang hendak disampaikan dapat ditangkap dengan baik oleh pembaca atau pendengar.
Contoh ;
• Bangsa Indonesia menginginkan keamanan, kesejahteraan, dan kedamaian.

2. KEHEMATAN (ECONOMY)
Kalimat efektif tidak boleh menggunakan kata-kata yang tidak perlu. Kata-kata yang berlebih. Penggunaan kata yang berlebih hanya akan mengaburkan maksud kalimat.Yang utama adalah seberapa banyakkah kata yang bermanfaat bagi pembaca atau pendengar. Dengan kata lain, tidak usah menggunakan belasan kata, kalau maksud yang dituju bisa dicapai dengan beberapa kata saja. Oleh karena itu, kata-kata yang tidak perlu bisa dihilangkan.
Contoh : Bunga-bunga mawar, anyelir, dan melati sangat disukainya.
Pemakaian kata bunga-bunga dalam kalimat di atas tidak perlu. Dalam kata mawar,anyelir,dan melati terkandung makna bunga.
Kalimat yang benar adalah:
Mawar,anyelir, dan melati sangat disukainya.

Untuk penghematan kata-kata hal-hal berikut perlu diperhatikan yaitu :
a. Mengulang subjek kalimat
b. Hiponim dihindarkan
c. Pemakaian kata depan ‘dari’ dan ‘daripada’.
3. Penekanan (Emphasis)
a. Pemindahan letak Frase
b. Mengulang kata-kata yang sama
Disamping dilakukan dengan dua hal yang disebutkan di atas, penekanan / penegasan dapat juga dilakukan dengan :
a. Penegasan dengan Intonasi
b. Penegasan dengan Partikel
c. Penegasan dengan kata keterangan
d. Penegasan dengan Kontras Makna
e. Penegasan dengan Pemindahan Unsur
f. Penegasan dalam bentuk pasif
3. KEVARIASIAN (VARIETY)
Ciri kevariasian akan diperoleh jika kalimat yang satu dibandingkan dngan kalimat yang lain. Kemungkinan variasi kalimat tersebut sebagai berikut.
a. Variasi dalam pembukaan kalimat
Ada beberapa kemungkinan untuk memulai kalimat demi efektifitas, yaitu dengan variasi pada pembukaan kalimat. Dalam variasi pembukaan kalimat, sebuah kalimat dapat dimulai atau dibuka dengan, 1) Frase keterangan (waktu, tempat, cara), 2) Frase Benda, 3) Frase Kerja, 4) Partikel Penghubung
Contoh:
• Mang Usil dari kompas menganggap hal ini sebagai suatu isarat sederhana untuk bertransmigrasi (Frase benda)
• Dibuangnya jauh-jauh pikiran yang menghantuinya selama ini (Frase Kerja)
• Karena bekerja terlalu berat dia jatuh sakit (frase Penghubung)
b. Variasi dalam pola kalimat
Untuk efektifitas kalimat dan untuk menghindari suasana menoton yang dapat menimbulkan kebosanan, pola kalimat subjek – Predikat – Objek dapat diubah menjadi predikat – objek – Subjek atau yang lainnya.

Contoh :
• Dokter muda itu belum dikenal oleh masyarakat desa Sukamaju. (S – P- O)
• Belum dikenal oleh masyarakat desa Sukamaju doketr muda itu. (P – O – S)
• Dokter muda itu oleh masyarakat desa Sukamaju belum dikenal. (S – O – P)
c. Variasi dalam jenis kalimat
Untuk mencapai efektifitas sebuah kalimat berita atau pertanyaan, dapat dikatakan dalam kalimat Tanya atau kalimat perintah. Perhatikan contoh berikut.

…………………..Presiden SBY sekali lagi menegaskan perlunya kita lebih hati-hati memamakai bahan baker dan energi dalam negeri. Apakah kita menangkap peringatan tersebut?

Dalam kutipan tersebut terdapat satu kalimat yang dinyatakan dalam bentuk Tanya. Penulis tentu dapat mengatakannya dalam kalimat berita. Akan tetapi untuk mencapai efektifitas, ia memakai kalimat Tanya.
d. Variasi bentuk aktif-pasif
Perhatikan contoh berikut!
a) Pohon pisang itu cepat tumbuh. Kita dengan mudah dapat menanamnya dan memeliharanya. Lagi pula kita tidak perlu memupuknya. Kita hanya menggali lubang, menanam, dan tinggal menunggu buahnya.
Bandingkan dengan kalimat berikut!
b) Pohon pisang itu cepat tumbuh. Dengan mudah pohon pisang itu dapat ditanam dan dipelihara. Lagi pula tidak perlu dipupuk kita hanya menggali lubang, menanam dan tinggal menunggu buahnya.

Kalimat-kalimat pada paragaf (a) semuanya berupa kalimat katif, sedangkan pada paragraph (b) berupa kalimat aktif dan pasif. Dapat dikatakan, bahwa kalimat-kalimat pada paragraf (a) tidak bervariasi sedangkan paragraf (b) bervariasi, namun hanya variasi aktif – pasif.
4. KESEJAJARAN
Memiliki kesamaan bentukan/imbuhan. Jika bagian kalimat itu menggunakan kata kerja berimbuhan di-, bagian kalimat yang lainnya pun harus menggunakan di- pula.
Contoh : Kakak menolong anak itu dengan dipapahnya ke pinggir jalan.
Kalimat tersebut tidak memiliki kesejajaran antara predikat-predikatnya. Yang satu menggunakan predikat aktif, yakni imbuhan me-, sedang yang satu lagi menggunakan predikat pasif, yakni menggunakan imbuhan di-.

Kalimat itu harus diubah :
• Kakak menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir jalan
• Anak itu ditolong kakak dengan dipapahnya ke pinggir jalan.

5. KELOGISAN
Kalimat efektif harus mudah dipahami. Dalam hal ini hubungan unsur-unsur dalam kalimat harus memiliki hubungan yang logis/masuk akal.
Contoh : Waktu dan tempat saya persilakan.
Kalimat ini tidak logis/tidak masuk akal karena waktu dan tempat adalah benda mati yang tidak dapat dipersilakan. Kalimat tersebut harus diubah misalnya ;
Bapak penceramah, saya persilakan untuk naik ke podium.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kalimat efektif adalah kalimat berisikan gagasan pembicara atau penulis secara singkat, jelas, dan tepat. Keefektifannya meliputi kejelasan penggunaan kalimatnya yang mudah dipahami oleh pembaca atau pendengar, hemat dalam pemakaian atau pemilihan kata-katanya, dan yang terpenting harus sesuai dengan kaidah Bahasa Indonesia yang berlaku.

3.2 Saran
Adapun keefektifan kalimat memang terkadang terabaikan oleh kita dalam penggunaannya, namun adanya makalah ini dan penjelasannya tentang aturan-aturan kalimat efektif, para pembaca disarankan untuk dapat mulai mencoba menggunakan kalimat efektif dalam kehidupan sehari-hari, meskipun tidak bisa dilakukan dengan sepenuhnya mengingat budaya berbahasa yang berbeda-beda akibat kebudayaan kita. Setidaknya penggunaan kalimat efektif tidak boleh diabaikan kegunaannya begitu saja.

bindokalimatefektif,kata pengantar

KATA PENGANTAR

Assalamulaikum WR. WB

Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT, karena berkat rahmat dan inayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan penulisan makalah ini dengan sebaik-baiknya dan tepat pada waktunya.

Terlaksananya penulisan makalah ini adalah berkat adanya kerja sama antar anggota kelompok guna menghasilkan karya yang baik. Namun tentunya hal ini juga tak terlepas dari bantuan pihak-pihak lain. Oleh karena itu dalam kesempatan ini kami juga ingin mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah bersedia memberikan waktu, kesempatan dan pikirannya dalam pembuatan makalah ini. Terkhusus kepada kedua orang tua kami yang selalu memberikan restu dan doanya untuk kami.

Seperti kata pepatah “ Tak Ada Gading Yang Tak Retak “ dan kami pun menyadari hal itu, dari itu jika terdapat kesalahan dalam penulisan maupun pembahasan dalam makalah ini, harap dimaklumi, karena sesungguhnya kami masih berada dalam tahap pembelajaran, dan masih membutuhkan banyak waktu lagi untuk belajar kea rah yang lebih baik. Dan sekiranya jika terdapat kritik atau saran yang membangun dari pembaca akan kami terima dengan senang hati.

Akhir kata, kami berharap penulisan makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca umumnya, dan bagi penulis khususnya.

Wassalamualaikum WR. WB.

Pekanbaru, Oktober 2009



Penulis,
Kelompok 4