Rabu, 15 April 2009

Mengevaluasi ulang shalat kita

Tujuan evaluasi ini adalah untuk mengingatkan kembali tentang ibadah shalat kita selama ini. Barang kali sebagian masyarakatmerasa tidak perlu untuk mengadakan evaluasi mengenai shalatnya karena menganggap shalat sebagai tugas dan kewajiban dariAllah yang tidak layak bagi manusia untuk menilainya. Semua telah diserahkan kepada Allah karena ini adalah urusan Nya. Sukatidak suka, ya harus shalat. Enak atau tidak enak yang penting memenuhi tuntutan kewajiban, tidak perlu dibahas lagi ! Kalauditanya, mengapa kita shalat? la akan menjawab : "Biar tidak masuk neraka". Sikap seperti ini yang dikatakan sebagai konsepteosentris, seolah Allah-lah yang membutuhkan peribadatan kita. Allah butuh disembah, butuh disanjung dan butuh dibesarbesarkannama Nya.

Evaluasi ini menyoroti tentang peran shalat ketika kehidupan sedang menghadapi cobaan. Yang terlebih penting lagi adalahshalat sanggup memberi jawaban terhadap pertanyaan: "Kemana saya harus meminta pertolongan ketika saya gelisah, ketika sayatidak mampu menjawab persoalan yang sangat pelik dalam kehidupan ini?". Shalat diharapkan mampu memberikan jalan keluarsebagaimana Rasulullah telah melakukannya. Apabila beliau mengalami kesulitan di dalam memutuskan sesuatu perkara makasegera beliau melakukan shalat dua raka'at untuk memohon petunjuk Allah. Konsep ini yang mendasari pemikiran saya, bahwashalat bukanlah untuk Allah tetapi untuk kebutuhan kita sendiri (antroposentris). Kewajiban shalat bukanlah untuk memberikanbeban bagi kita. Karena itu perlu disadari, bahwa yang telah ditetapkan Allah merupakan suatu jalan untuk memberikan kemudahanbagi manusia, sebagaimana kita memahami wajibnya sekolah di perguruan tinggi terkemuka. Betapa pun biayanya sangat mahal
akan tetapi tetap diusahakan untuk mencapainya. Karena kita menyadari bahwa sekolah merupakan hal yang bermanfaat dalamkehidupan manusia, yaitu menjadikan kita akan lebih baik dari orang yang tidak memiliki ilmu pengetahuan, yang digambarkan olehRaden Ajeng Kartini sebagai "kegelapan peradaban".

Shalat sebagai kekuatan yang tertinggi dalam kebutuhan fitrah manusia memiliki beberapa aspek dan efek yang bermanfaat, antara
lain
  • mengandung tuntunan meditasi transendental
  • efek kesehatan
  • relaksasi,
  • terapi fisik, pikiran, dan jiwa yang sangat sempurna.
Mungkin bisa dikatakan shalat itu sebagai meditasi yang paling lengkap dan paling dalam.Saya tidak mengatakan, bahwa buku ini menceritakan tentang bagaimana melakukan shalat yang khusyu', karena sulituntuk mengukur derajat shalat yang demikian seperti sulitnya mengukur rasa cinta kepada seseorang. Kita tidak bisa menilaicinta seseorang hanya karena ia selalu memberi uang atau sering mengunjungi rumah kekasihnya setiap malam Minggu. Buku inikan mengungkapkan dari segi hikmah shalat secara subyektif (pribadi), yaitu sebuah pengalaman (experience) yang bisa Andarasakan langsung manfaatnya. Pengalaman tentang bagaimana shalat mampu memberikan rasa tenang, rasa santai dan merasakankeluasan jiwa kalau dilakukan dengan sikap meditatif. Bukan sikap shalat seperti orang yang sedang diburu hantu, lari tungganglanggang tanpa kesadaran, yang penting kewajiban shalat dipenuhi.Diharapkan setelah mencoba mempraktekan latihan-latihanshalat dengan benar, kita akan mampu menemukan kembali sesuatu yang hilang dalam diri kita. Rasa kembali kepada Allah secarafitrah, tempat ruhani kita beristirahat saat berada didekat Nya, tempat untuk merengkung kedamaian dan kebahagiaan.

Related Posts sesuai kategori



0 komentar: